Time flies so fast ya.
Kayaknya baru aja ya kami melewati keriaan ulang tahun perkawinan kami yang ke-7 dengan #heritagehoneymoonSoYa.
Seperti beberapa tahun-tahun sebelumnya, biasanya kami merayakan wedding anniversary dengan traveling ke kota lain.
Kali ini, berhubung gw kangen dengan temen-temen genk lama yang cuma ketemuan di Fesbuk doang, maka Hani setuju waktu gw bilang pengen menghabiskan liburan akhir tahun di kampung halaman gw, Bangka.
Etapi justru ketika gw berada di Bangka inilah, gw denger kisah seorang temen lama kemudian gw kok seakan diingatkan kembali bagaimana perjalanan gw dan Hani jatuh bangun membangun dan mempertahankan rumah tangga kami. *ciyee...dangdut bener, Neng!*
Seperti sering kali gw ceritain di sini, Gw dan Hani mengawali kisah perjalanan hidup berdua bener-bener dari NOL.
Mungkin gw tergolong orang yang telat matre-nya.
Justru pengalaman pacaran sebelum sama Hani, yang ada malahan gw nya muluk yang dimatre-in pacar gw.
He'eh lho, gw juga heran.
Kenapa wanita yang ngakunya cerdas kayak gw kok bisa-bisanya dimatrein sama laki-laki ?
Selama 8 tahun pulak.
Mungkin sebenarnya gw ini tergolong perempuan yang sok tangguh namungiblik gampang meleleh.
Jujur, ketika mencari calon suami, kriteria yang gw cari dari sisi finansial gak muluk-muluk amat.
Gak masang bahwa kandidat suami harus punya jabatan di kantor minimal GM ato Senior Manager dengan income minimal dua digit, punya mobil minimal yang seharga 300 juta dan memiliki rumah dengan nilai jual 3 M. :p
Buat gw, selama sang kandidat punya rasa tanggung jawab menghidupi anak istri, punya pekerjaan tetap dan punya potensi masa depan, rasanya itu saja sudah cukup.
Terus ketika kami memutuskan menikah dengan biaya sendiri, tau-tau adaaa aja cara Alloh SWT memberikan jalan.
Bahkan gw sendiri gak menyangka, tau-tau kami berdua bisa punya cukup uang untuk mengadakan perayaan pernikahan kami sesuai dengan keinginan dan impian gw.
Melewati masa-masa susah terutama musim hujan, hujan-hujanan karena saat itu kami cuma memiliki kendaraan roda dua yang belum bisa melindungi kami dari terjangan hujan.
Siapa nyana tanpa nunggu waktu yang lama, hasil kerja keras gw
maupun Hani membuahkan kami pada suatu posisi sehingga kami dianggap sudah pantas memiliki kendaraan yang mampu melindungi kami dari teriknya matahari dan derasnya hujan.
Diberikan nikmat rezeki yang cukup sehingga dimudahkan jalan kami untuk memperoleh rumah idamanyang sebelumnya mengingat kondisi finansial kami, untuk bermimpi bisa beli rumah di sini pun gw gak berani.
Allah Maha Baik ya terhadap gw dan Hani.
Tiada kata yang mampu gw ungkapkan atas 8 tahun yang terlewati, selain :
ALHAMDULILLAH
ALHAMDULILLAH
ALHAMDULILLAH.
Tentu saja, masih banyak keinginan, cita-cita dan harapan kami yang belum terpenuhi, namun kami berdua sama-sama yakin, kami akan menggapainya...
jika Allah sudah berkehendak memberikannya kepada kami.
8 years together and still counting.
I'm so proud of us.
I love you, Hani Wijaya !
Tetaplah menjadi imamku, kekasih hatiku, pasangan hidupku, belahan jiwaku, kebanggaanku, jodohku, teman terbaikku.
*Dapet tantangan dari Pak Jum. Katanya dia pengen baca tulisan cerita karangan gw. Jadi dalam rangka 8th wedding anniversary ini, gw pun menyanggupi tantangan Pak Jum. Walopun gak bisa memastikan entah kapan bisa tayang. Tunggu dan doain aja ya*
** Postingan ini juga ditujukan untuk teman-teman gw tersayang di luar sana yang masih diliputi keraguan akan kesanggupan membahagiakan pasangan, masih bimbang menentukan langkah, masih (betah berlama-lama) mencari belahan jiwa, Bismillah semoga dimudahkan yaaa **
Kayaknya baru aja ya kami melewati keriaan ulang tahun perkawinan kami yang ke-7 dengan #heritagehoneymoonSoYa.
Seperti beberapa tahun-tahun sebelumnya, biasanya kami merayakan wedding anniversary dengan traveling ke kota lain.
Kali ini, berhubung gw kangen dengan temen-temen genk lama yang cuma ketemuan di Fesbuk doang, maka Hani setuju waktu gw bilang pengen menghabiskan liburan akhir tahun di kampung halaman gw, Bangka.
Etapi justru ketika gw berada di Bangka inilah, gw denger kisah seorang temen lama kemudian gw kok seakan diingatkan kembali bagaimana perjalanan gw dan Hani jatuh bangun membangun dan mempertahankan rumah tangga kami. *ciyee...dangdut bener, Neng!*
Seperti sering kali gw ceritain di sini, Gw dan Hani mengawali kisah perjalanan hidup berdua bener-bener dari NOL.
Mungkin gw tergolong orang yang telat matre-nya.
Justru pengalaman pacaran sebelum sama Hani, yang ada malahan gw nya muluk yang dimatre-in pacar gw.
He'eh lho, gw juga heran.
Kenapa wanita yang ngakunya cerdas kayak gw kok bisa-bisanya dimatrein sama laki-laki ?
Selama 8 tahun pulak.
Mungkin sebenarnya gw ini tergolong perempuan yang sok tangguh namun
Jujur, ketika mencari calon suami, kriteria yang gw cari dari sisi finansial gak muluk-muluk amat.
Gak masang bahwa kandidat suami harus punya jabatan di kantor minimal GM ato Senior Manager dengan income minimal dua digit, punya mobil minimal yang seharga 300 juta dan memiliki rumah dengan nilai jual 3 M. :p
Buat gw, selama sang kandidat punya rasa tanggung jawab menghidupi anak istri, punya pekerjaan tetap dan punya potensi masa depan, rasanya itu saja sudah cukup.
Terus ketika kami memutuskan menikah dengan biaya sendiri, tau-tau adaaa aja cara Alloh SWT memberikan jalan.
Bahkan gw sendiri gak menyangka, tau-tau kami berdua bisa punya cukup uang untuk mengadakan perayaan pernikahan kami sesuai dengan keinginan dan impian gw.
Melewati masa-masa susah terutama musim hujan, hujan-hujanan karena saat itu kami cuma memiliki kendaraan roda dua yang belum bisa melindungi kami dari terjangan hujan.
Siapa nyana tanpa nunggu waktu yang lama, hasil kerja keras gw
maupun Hani membuahkan kami pada suatu posisi sehingga kami dianggap sudah pantas memiliki kendaraan yang mampu melindungi kami dari teriknya matahari dan derasnya hujan.
![]() |
Love of my life |
Allah Maha Baik ya terhadap gw dan Hani.
Tiada kata yang mampu gw ungkapkan atas 8 tahun yang terlewati, selain :
ALHAMDULILLAH
ALHAMDULILLAH
ALHAMDULILLAH.
Tentu saja, masih banyak keinginan, cita-cita dan harapan kami yang belum terpenuhi, namun kami berdua sama-sama yakin, kami akan menggapainya...
jika Allah sudah berkehendak memberikannya kepada kami.
8 years together and still counting.
I'm so proud of us.
I love you, Hani Wijaya !
Tetaplah menjadi imamku, kekasih hatiku, pasangan hidupku, belahan jiwaku, kebanggaanku, jodohku, teman terbaikku.
*Dapet tantangan dari Pak Jum. Katanya dia pengen baca tulisan cerita karangan gw. Jadi dalam rangka 8th wedding anniversary ini, gw pun menyanggupi tantangan Pak Jum. Walopun gak bisa memastikan entah kapan bisa tayang. Tunggu dan doain aja ya*
** Postingan ini juga ditujukan untuk teman-teman gw tersayang di luar sana yang masih diliputi keraguan akan kesanggupan membahagiakan pasangan, masih bimbang menentukan langkah, masih (betah berlama-lama) mencari belahan jiwa, Bismillah semoga dimudahkan yaaa **