Masih dalam episode memperingati Hari Buruh.
Salah satu yang tersisa dari matakuliah Pengetahuan Hukum Industri jaman masih muda.
UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 79 ayat 2 :
" Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja / buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus "
Jadi, hak cuti itu sebenarnya baru timbul setelah dua belas bulan bekerja secara terus menerus. Bukan otomatis langsung udah tersedia hak cuti buat diambil, begitu signing kontrak kerja.
Kalo karena alasan emergency seperti anak sakit, orangtua sakit, OK kita juga gak bisa maksa supaya anak ato kerabat sakitnya pas wiken aja.
Tapi demi alasan lain yang bisa ditunda?
Ato bisa diatur skejul sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu profesionalisme ? Bisakah setidaknya menunggu probation selese ?
Kata temen gw, tapi kan yang penting kerjaan beres.
Iya sih, emang salah satu point dalam performance review adalah seberapa dia bisa achieve quality objectivenya.
Tapi kan tetep aja biasanya ada point penilaian dari HRD yang berisi track record kita ?
Berapa kali datang telat.
berapa kali gak masuk karena sakit
Berapa kali mangkir.
Berapa kali dapet teguran lisan atau tertulis.
Track record HRD ini merupakan salah satu component pertimbangan dalam menilai performance review kita juga kan ? *eh apa cuma di pabs doang sih yang begini*
Lah wong karyawati sekaliber dan seprofessional Novi aja masih-mo-jaga-image
So, if your performance want to be appreciated as a professional worker, then
try to be one.
Sekian.
Hello, drama edisi baru! *negak panadol sisa gerusan Luluk sama Yeye*
Salah satu yang tersisa dari matakuliah Pengetahuan Hukum Industri jaman masih muda.
UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 79 ayat 2 :
" Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja / buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus "
Jadi, hak cuti itu sebenarnya baru timbul setelah dua belas bulan bekerja secara terus menerus. Bukan otomatis langsung udah tersedia hak cuti buat diambil, begitu signing kontrak kerja.
Kalo karena alasan emergency seperti anak sakit, orangtua sakit, OK kita juga gak bisa maksa supaya anak ato kerabat sakitnya pas wiken aja.
Tapi demi alasan lain yang bisa ditunda?
Ato bisa diatur skejul sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu profesionalisme ? Bisakah setidaknya menunggu probation selese ?
Kata temen gw, tapi kan yang penting kerjaan beres.
Iya sih, emang salah satu point dalam performance review adalah seberapa dia bisa achieve quality objectivenya.
Tapi kan tetep aja biasanya ada point penilaian dari HRD yang berisi track record kita ?
Berapa kali datang telat.
berapa kali gak masuk karena sakit
Berapa kali mangkir.
Berapa kali dapet teguran lisan atau tertulis.
Track record HRD ini merupakan salah satu component pertimbangan dalam menilai performance review kita juga kan ? *eh apa cuma di pabs doang sih yang begini*
Lah wong karyawati sekaliber dan seprofessional Novi aja masih-mo-jaga-image
So, if your performance want to be appreciated as a professional worker, then
try to be one.
Sekian.
Hello, drama edisi baru! *negak panadol sisa gerusan Luluk sama Yeye*