" .....keinginan gw mengejar karir udah ikut hanyut bersama air ketuban "
Mostly itulah jawaban emak-emak di sekeliling gw yang paling sering dilontarkan ketika ditanya soal karir.
Oh OK, baiklah. Mungkin seharusnya memang begitulah ketika seorang wanita mencapai kodratnya sebagai seorang ibu.
But what if I am not ?
Apakah artinya gw bukanlah ibu-ibu yang sebagaimana seharusnya ?
Bagaimana kalo ternyata impian gw tidak ikut hanyut bersama air ketuban ?
" Heran deh kalo ngeliat seorang wanita yang sudah berkeluarga masih sibuk berjuang mengejar impian pribadinya...."
Mungkin komentar itu ditujukan buat gw.
Self Esteem ? Aktualisasi ?
Selalu aja ibu-aliran-ketuban bisa nemu jawaban " Loe kan bisa aktualisasi dari rumah. Di sebelah anak loe. Kenapa musti mengejar cita-cita ? ".
Ada yang menahan gw untuk memberikan pembelaan " Yang penting kan bisa membuat semuanya seimbang. Karir dan keluarga. "
Ato menutup mulut gw rapat-rapat alih-alih membalas " Lah, belum tentu yang gak mengejar impian pribadi, full 100% fokus ke anak bisa mendidik anak dengan bener..."
Bisa-bisa gw ditampar balik dengan " Nah ! That's the point ! Yang fokus 100% ngurusin anak aja masih ada kemungkinan anaknya gak bener. Apalagi yang gak fokus 100%..."
Yeah, I know. Gak perlu bikin gw merasa bersalah.
I know exactly what you are going to say. Every word.
Apakah artinya ketika seorang wanita membuat keputusan siap menjadi ibu artinya dia juga harus siap melepaskan semua impian pribadinya ?
Ato emang sudah seharusnya merubah impian pribadinya menjadi impian keluarga ?
Frankly speaking, I dunno. (or denial, whatever).
Mungkin kalo ditanya apa tujuan pengasuhan gw kepada Athia, tentunya gw akan jawab :
1. Mendidik Athia menjadi anak yang sholeh
2. Mendidik Athia menjadi suami yang baik
3. Mendidik Athia menjadi bapak yang baik
Jika pertanyaan tadi dilanjutkan oleh sang penanya , " Lalu mengapa loe masih memikirkan cita-cita pribadi loe ? "
Apakah terlalu mengada-ada jika gw menjawab " Untuk memenuhi tujuan pengasuhan orang tua gw yang ke-4, menjadi profesional yang memberikan manfaat... "
Athia sayang,
OK, kebutuhan finansial adalah satu hal yang mutusin kenapa momom harus bekerja. Tapi momom gakkan membohongi Athia dengan memberikan alasan semanis surga kenapa momom harus kerja.
Karenanya Momom minta maaf kalo ternyata Momom masih egois, masih berusaha mengejar impian pribadi momom.
Momom gak bisa janji sama Athia bahwa momom akan segera membuang semua impian ini dari hati, bahwa momom akan mengubur semua impian dalam hati
Tapi satu hal yang bisa momom janjikan untukmu, sayang...
.........bahwa selamanya, Athia akan selalu jadi prioritas utama dalam hidup Momom....
Dan satu hal lagi, ketika Momom bilang " Momom pengen deh selalu berada di samping Athia,....karena benar begitulah adanya "
Love you, Athia.
*maaf galau lagi. Padahal baru aja koar-koar bakalan stop galau. Untungnya kemarin udah declare kalo untuk sementara*
Mostly itulah jawaban emak-emak di sekeliling gw yang paling sering dilontarkan ketika ditanya soal karir.
Oh OK, baiklah. Mungkin seharusnya memang begitulah ketika seorang wanita mencapai kodratnya sebagai seorang ibu.
But what if I am not ?
Apakah artinya gw bukanlah ibu-ibu yang sebagaimana seharusnya ?
Bagaimana kalo ternyata impian gw tidak ikut hanyut bersama air ketuban ?
" Heran deh kalo ngeliat seorang wanita yang sudah berkeluarga masih sibuk berjuang mengejar impian pribadinya...."
Mungkin komentar itu ditujukan buat gw.
Iya iya, gw bisa aja mengemas alasan gw dengan " kalian gak tau kebutuhan finansial keluarga kami "
But, is that the only reason ?
Lalu kenapa kadang gw harus pulang malem demi nyelesein deadline ?
Kenapa harus memilih kerjaan yang udah-diketahuin-sebelumnya-bakalan-ngadepin-never-ending-problem ?
Sementara ada banyak pekerjaan lain yang sebenarnya bisa gw kerjain ?
Kenapa harus pindah dari Cikarang ke Tangerang ?
Yang ditawarin gak segede yang gw dapetin sekarang ?
Dan lalu mengapa ketika datang suatu kesempatan dari puncak pimpinan untuk berencana memutasikan gw ke lahan lain dengan pressure tidak sebesar yang gw punya saat ini,
dimana kemungkinan gw pulang ontime lebih besar
dan gw (dan untungnya boss gw juga) memilih untuk tidak menyetujuinya ?
Yah karena gw tau kalo gw nyemplung ke situ, akan lebih susah bagi gw meraih cita-cita pribadi gw selanjutnya.
Gw pernah berada di lowest point in my life dua tahun yang lalu.
Tapi kemudian secercah titik terang datang dalam career path gw, ternyata gak cukup berhenti sampai di situ.
Cita-cita gw selanjutnya adalah melihat plang ini ada di depan pintu ruangan gw.
*kemudian diguyur air seembyer sama yang baca*
**namapun cita-cita, impian kan kudu setinggi langit kan ya ? ya ? ya? **
Gw gak tau apakah mungkin gw ini bukan ibu yang baik jika gw masih mementingkan ego gw untuk mengejar cita-cita gw.
Berapa sih value keluarga di mata gw ?
Oh, bukankah ibu yangbenar baik seharusnya mengorbankan semua cita-citanya demi kepentingan anak dan keluarga ?
But, is that the only reason ?
Lalu kenapa kadang gw harus pulang malem demi nyelesein deadline ?
Kenapa harus memilih kerjaan yang udah-diketahuin-sebelumnya-bakalan-ngadepin-never-ending-problem ?
Sementara ada banyak pekerjaan lain yang sebenarnya bisa gw kerjain ?
Kenapa harus pindah dari Cikarang ke Tangerang ?
Yang ditawarin gak segede yang gw dapetin sekarang ?
Dan lalu mengapa ketika datang suatu kesempatan dari puncak pimpinan untuk berencana memutasikan gw ke lahan lain dengan pressure tidak sebesar yang gw punya saat ini,
dimana kemungkinan gw pulang ontime lebih besar
dan gw (dan untungnya boss gw juga) memilih untuk tidak menyetujuinya ?
Yah karena gw tau kalo gw nyemplung ke situ, akan lebih susah bagi gw meraih cita-cita pribadi gw selanjutnya.
Gw pernah berada di lowest point in my life dua tahun yang lalu.
Tapi kemudian secercah titik terang datang dalam career path gw, ternyata gak cukup berhenti sampai di situ.
Cita-cita gw selanjutnya adalah melihat plang ini ada di depan pintu ruangan gw.
Indah Kurniawaty
President Director( Soon to be )
**namapun cita-cita, impian kan kudu setinggi langit kan ya ? ya ? ya? **
Gw gak tau apakah mungkin gw ini bukan ibu yang baik jika gw masih mementingkan ego gw untuk mengejar cita-cita gw.
Berapa sih value keluarga di mata gw ?
Oh, bukankah ibu yang
Self Esteem ? Aktualisasi ?
Selalu aja ibu-aliran-ketuban bisa nemu jawaban " Loe kan bisa aktualisasi dari rumah. Di sebelah anak loe. Kenapa musti mengejar cita-cita ? ".
Ada yang menahan gw untuk memberikan pembelaan " Yang penting kan bisa membuat semuanya seimbang. Karir dan keluarga. "
Ato menutup mulut gw rapat-rapat alih-alih membalas " Lah, belum tentu yang gak mengejar impian pribadi, full 100% fokus ke anak bisa mendidik anak dengan bener..."
Bisa-bisa gw ditampar balik dengan " Nah ! That's the point ! Yang fokus 100% ngurusin anak aja masih ada kemungkinan anaknya gak bener. Apalagi yang gak fokus 100%..."
Yeah, I know. Gak perlu bikin gw merasa bersalah.
I know exactly what you are going to say. Every word.
Apakah artinya ketika seorang wanita membuat keputusan siap menjadi ibu artinya dia juga harus siap melepaskan semua impian pribadinya ?
Ato emang sudah seharusnya merubah impian pribadinya menjadi impian keluarga ?
Frankly speaking, I dunno. (or denial, whatever).
Mungkin kalo ditanya apa tujuan pengasuhan gw kepada Athia, tentunya gw akan jawab :
1. Mendidik Athia menjadi anak yang sholeh
2. Mendidik Athia menjadi suami yang baik
3. Mendidik Athia menjadi bapak yang baik
Jika pertanyaan tadi dilanjutkan oleh sang penanya , " Lalu mengapa loe masih memikirkan cita-cita pribadi loe ? "
Apakah terlalu mengada-ada jika gw menjawab " Untuk memenuhi tujuan pengasuhan orang tua gw yang ke-4, menjadi profesional yang memberikan manfaat... "
Athia sayang,
OK, kebutuhan finansial adalah satu hal yang mutusin kenapa momom harus bekerja. Tapi momom gakkan membohongi Athia dengan memberikan alasan semanis surga kenapa momom harus kerja.
Karenanya Momom minta maaf kalo ternyata Momom masih egois, masih berusaha mengejar impian pribadi momom.
Momom gak bisa janji sama Athia bahwa momom akan segera membuang semua impian ini dari hati, bahwa momom akan mengubur semua impian dalam hati
Tapi satu hal yang bisa momom janjikan untukmu, sayang...
.........bahwa selamanya, Athia akan selalu jadi prioritas utama dalam hidup Momom....
Dan satu hal lagi, ketika Momom bilang " Momom pengen deh selalu berada di samping Athia,....karena benar begitulah adanya "
Love you, Athia.
*maaf galau lagi. Padahal baru aja koar-koar bakalan stop galau. Untungnya kemarin udah declare kalo untuk sementara*